CHANGSEOKYUTORIA : Goodbye Seoul (part 2 -end)
Author : Han Ra Mi/ @wirautamiH
Main Cast : Cho Kyuhyun , Seo Joo Hyun, Shim Changmin
Other Cast : Victoria Song and Other.
Genre : Romance
Rating : PG
Length : twoshoot
Disclaimer : saya hanya punya storyline
mian for typo…
story begin, happy reading^^
previous part : part 1
Seohyun pov
“Seohyun-ah. Jangan kau lupakan pernikahan kita sebentar lagi.” Tiba- tiba changmin oppa berujar dengan pelan di saat aku dan kyuhyun oppa masih berpelukan. Sangat pelan hingga terdengar seperti lirihan permohonan. Aku sadar hal yang kulakukan ini sangat tidak pantas. Sebagai seorang calon pengantin, aku justru memeluk namja lain dengan gaun pernikahanku di depan calon suamiku. Tapi tiba- tiba saja perasaan tak ingin berpisah membayangi relungku saat changmin oppa menyampaikan bahwa kyuhyun oppa akan berangkat ke new york hari ini.
“seohyun-ah…” panggil changmin oppa lagi. Aku melepaskan pelukanku dari kyuhyun oppa. Kyuhyun oppa menatapku dengan pandangan nanar. Begitu pula saat aku menoleh pada changmin oppa, pandangan nanar seperti itu juga yang aku dapat. Apa sekarang aku jadi yeoja yang sangat jahat?
Tuhan, bisakah kau ambil saja nyawaku?. Saat ini itu terasa lebih baik dari pada aku harus memilih salah satu dari mereka. Aku ingin sekali mengikuti kyuhyun oppa jika dia tetap pada keputusannya untuk pergi. Tapi bukankah itu berarti aku akan meninggalkan pernikahanku?.
Dan lagi, saat changmin oppa memberitahuku tentang keberangkatan kyuhyun oppa. Dia mengatakan bahwa pernikahanku yang menjadi alasan kepergian kyuhyun oppa. Menurutnya kyuhyun oppa mencintaiku, benarkah itu? aku juga mencintainya. Tapi bukankah dia telah menolakku.
“pesawatku sebentar lagi akan take off. Pulanglah seohyun-ah…” ucap kyuhyun oppa sambil mengusap pipiku.
“oppa…”
“kau sudah memilih seohyun-ah. Dan changmin adalah namja yang menjadi pilihanmu. Beberapa jam lagi adalah ikrar pernikahan kalian, kau tak bisa membatalkannya begitu saja. Pulanglah. Oppa merestui kalian. Di new york, setiap hari oppa akan berdoa untuk kebahagianmu bersama changmin.” Kenapa kyuhyun oppa berkata begitu? aku sama sekali tak memilih. Aku tak punya pilihan. Changmin oppa adalah satu- satunya namja yang mencintaiku. Kyuhyun oppa yang tak memilihku.
“jangan pergi…” pintaku pada kyuhyun oppa sambil menggenggam tangannya.
‘Perhatian. Panggilan terakhir kepada penumpang pesawat seoul airlines. Dengan nomor penerbangan GT- 3120, tujuan new york. Harap segera memasuki pesawat.’
Itu panggilan terakhir pesawat yang mungkin akan dinaiki kyuhyun oppa. Kyuhyun oppa menatapku sendu, kemudian menggelengkan kepalanya perlahan sambil tersenyum. Kyuhyun oppa mencoba memaksa melepaskan genggaman tangan kami, walau aku enggan melakukannya.
“Aku ingat saat pertama kali aku mengenalkan kalian. Aku memintamu mejaga seohyun sewaktu masa orientasi dan kau berkata ‘Aku akan menjaganya hingga akhir nyawaku’ . Bisakah mulai sekarang kupegang perkataanmu itu?” tanya kyuhyun oppa pada changmin oppa.
“sejak awal, aku sudah menepati perkataanku.” Changmin oppa menjawab dengan sangat tegas. Kyuhyun oppa tersenyum tipis, entah senyum apa itu. Kemudian kyuhyun oppa menangguk lalu memegang pundakku dan changmin oppa.
“semoga kalian langgeng dan selalu berbahagia.” Doa kyuhyun oppa untuk kami.
Changmin pov
“Seohyun-ah. Jangan kau lupakan pernikahan kita sebentar lagi.” Aku berujar pelan. Aku sadar, aku bukan sedang mengingatkan. Tapi emmohon, memohon agar seohyun merelakan sebuah perasaan yang mungkin masih tak dia sadari dia miliki untuk seorang kyuhyun. Mungkin aku egois, meminta seohyun tetap menajdi milikku. Tapi aku mencintainya, sangat mencintainya hingga kesetiap sel tubuhku.
“seohyun-ah…” Panggilku lagi saat mereka masih tak menggubrisku.
Akhirnya seohyun melepaskan pelukannya pada kyuhyun. Aku memandang mereka nanar, sama dengan kyuhyun yang juga menatap seohyun dengan nanar. Aku tahu kyuhyun merasa sakit, amat sakit untuk bisa melepaskan seohyun. Tapi dia sudah tinggal selangkah lagi untuk pergi, dan aku juga tinggal selangkah lagi untuk memiliki seohyun seutuhnya. Dan aku tak akan meleapsakn seohyun begitu saja pada siapapun.
Biarlah aku egois. Biarlah aku arogan. Biarlah aku jahat dan kejam. Bahkan rela menyakiti perasaan sahabatku sendiri demi memiliki orang yang ku cintai. Tapi aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan membahagiakan seohyun dengan ikatan pernikahan kami. Lagi pula, seohyun yang memilihku. Dia sendiri yang menerima pernyataan cintaku tanpa seorang pun memaksanya termasuk aku.
Author pov
“jangan pergi…” pinta seohyun pada kyuhyun sambil menggenggam tangan kyuhyun erat. Kyuhyun membalas genggaman seohyun. Permintaan seohyun membuat sebersit keraguan di benak kyuhyun untuk meninggalkan seoul yang artinya meninggalkan yeoja ini. Membuat kyuhyun merasa perlu bertanya, mungkinkah yeoja ini memiliki sedikit cinta untuknya?. Kyuhyun melirik kearah changmin. Tidak mungkin, tidak mungkin yeoja ini mencintainya.
‘Perhatian. Panggilan terakhir kepada penumpang pesawat seoul airlines. Dengan nomor penerbangan GT- 3120, tujuan new york. Harap segera memasuki pesawat.’
Panggilan dari operator staf penerbangan yang membuat kyuhyun sadar. Dia harus mengambil keputusan sekarang. Memenuhi permintaan yeoja ini, atau tetap pada keputusan awalnya untuk memulai hidup baru tanpa bayang- bayang seorang seo joo hyun.
Kyuhyun menatap seohyun sendu, kemudian menggelengkan kepalanya perlahan sambil tersenyum. Kyuhyun sadar dia bukan harus membuat keputusan sekarang. Tapi dia telah memutuskan, dan dia yakin inilah yang terbaik untuknya dan seohyun. Agar perasaannya tak lagi menjadi pengusik hari- hari seohyun dan changmin. Kyuhyun pun mencoba memaksa melepaskan genggaman tangannya dan seohyun, walau seohyun enggan melakukannya.
“Aku ingat saat pertama kali aku mengenalkan kalian. Aku memintamu menjaga seohyun sewaktu masa orientasi dan kau berkata ‘Aku akan menjaganya hingga akhir nyawaku’ . Bisakah mulai sekarang kupegang perkataanmu itu?” tanya kyuhyun sambil tersenyum tulus pada changmin .
“sejak awal, aku sudah menepati perkataanku.” Changmin menjawab dengan sangat tegas. Tanpa gurat keraguan bahkan tanpa seulas senyuman. Kyuhyun tersenyum tipis, sedikit terluka dengan jawaban dan ekspresi changmin. Tapi jawaban itu seharusnya bisa membuatnya tenang untuk meninggalkan seohyun selamanya. Kemudian kyuhyun menangguk lalu memegang pundak seohyun dan changmin .
“semoga kalian langgeng dan selalu berbahagia.” Doa kyuhyun untuk mereka. Kyuhyun membalikkan tubuhnya. Mulai melangkahkan kakinya ke area khusus untuk penumpang.
“oppaa…” lirih seohyun sambil menahan pergelangan kyuhyun.
“jebal… jangan pergi. Jangan tinggalkan aku.” kali ini seohyun benar- benar memohon. New york dan Seoul bukan tempat yang dekat, sangat jauh malah. Dan seohyun tak mau sampai terpisah dari kyuhyun sejauh itu. Setetes airmata akhirnya jatuh dari pelupuk mata kyuhyun. Namun tetap saja hingga detik ini kyuhyun tampaknya masih tak ingin mengubah keputusannya, bahkan dia sama sekali tak membalikkan tubuhnya untuk menatap seohyun lagi. Berada di seoul sama saja dia menghancurkan hatinya sendiri dan mungkin saja saat dia sudah tak bisa mengendalikan perasaannya rumah tangga changmin- seohyun yang akan segera terbentuk juga ikut hancur, kyuhyun tak mau sampai terjadi hal seperti itu.
“andwae…” pekik tertahan seohyun saat kyuhyun lagi- lagi hendak melepaskan genggamannya. Namun kyuhyun justru menepis kasar tangan seohyun. Seohyun pun spontan menarik kuat tangan kyuhyun hingga akhirnya namja itu menghadap kearahnya. Kedua mata mereka pun bertemu pandang.
“aku mencintaimu, oppa. saranghae, jeongmal saranghaeyo.” Kyuhyun dan changmin membelalakkan mata karena kaget dengan ucapan seohyun. Begitu pula dengan oemma kyuhyun yang baru saja mendekat untuk memanggil putranya agar segera masuk ke pesawat. Kalimat itu sebenarnya sama sekali tak seohyun rencanakan. Semuanya mengalir begitu saja dari bibirnya. Toh, seohyun merasa memang seperti itulah perasaannya. Kyuhyun pun merengkuh tubuh seohyun, dan memberinya sebuah pelukan.
“jangan bodoh hyunnie. Pengantin priamu sedang berdiri disini sekarang. Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu padaku?.”
“Tapi itu benar, oppa. Kau tau itu.”
“Aku harus pergi sekarang. Berjanjilah kau akan hidup bahagia bersama changmin, ne?. Mianhae, aku belum bisa membalas perasaanmu, mungkin di kehidupan berikutnya. Ya, kuharap di kehidupan berikutnya kita bisa bertemu lagi dan lebih cepat mengungkapkan perasaan kita.” Kyuhyun melepaskan pelukannya, lalu menggandeng tangan oemmanya dan berlalu pergi.
Seohyun ingin sekali duduk dilantai bandara dan menangis histeris di tengah lalu lalang orang. Tapi kesadarannya masih mumpuni untuk setidaknya membuatnya tetap berdiri dan mulai berjalan meninggalkan tempat itu diikuti oleh changmin. Berpakaian pengantin dan memeluk serta menangis di bandara saja sudah cukup gila. Apalagi jika dia benar- beanr histeris disana, mungkin petugas keamanan akan benar- benar membawanya ke rumah sakit jiwa.
“Jodoh itu di tangan Tuhan, kyu-ah. Suatu hari kau pasti akan bertemu dan hidup bahagia dengan jodohmu.” ucap oemma kyuhyun menyemangati putranya. Yang di jawab kyuhyun dengan anggukan kepala sembari tersenyum tipis.
flashback
to : my seororo
apa kau punya waktu malam ini? bisakah kau temui oppa di taman sebelum sungai han?. Oppa menunggumu jam 7 malam ini. Ada hal yang ingin oppa sampaikan.
Hari ini, kyuhyun memutuskan untuk menyatakan cintanya pada seohyun. Sebuah pesan singkat kyuhyun kirimkan untuk memberitahu yeoja itu lokasi pertemuan yang kyuhyun rencanakan.
Annyeong haseyo, oppa… J
Apa ini terasa aneh? rumah kita bersebelahan dan aku menuliskan sebuah surat untuk bicara padamu. Apa aku tampak sangat bodoh saat ini? Ahh… biarlah untuk sesaat aku mengakui bahwa ini memang bodoh. Tapi aku tak tahu cara lain agar aku dapat mengatakan hal ini padamu.
Ya, ada hal yang ingin kusampaiakn padamu. Hal yang sudah terlalu lama ku pendam. Sejak awal pertemuan kita mungkin. Tapi, mungkin karena aku masih sanagt kecil jadi aku belum mampu memahami apa nama perasaan seperti ini. Dan sekarang aku sudah sangat yakin dengan perasaanku.
Bukankah kau lebih dewasa dariku, oppa? Jadi bukankah seharusnya kau sudah bisa memahami apa yang ingin kukatakan? Masih haruskah aku mengatakannya? Baiklah, aku akan tetap mengatakannya… ‘aku mencintaimu, oppa. saranghae, jeongmal saranghaeyo’
Lega sekali telah mengungkapkan ini padamu. Aku menunggu tanggapanmu, oppa. Jika kau menerimaku datanglah ke taman kota malam ini. Aku menunggumu jam 7 malam. Tapi, kau tidak perlu datang jika kau menolak perasaanku. Kita akan tetap bersahabatkan jika kau menolakku? Aku menunggumu…
Neomu Yeppo Yeoja
Seo Joo Hyun
“selesai!” seru seohyun sambil memasukkan secarik kertas ke dalam amplop berwarna biru.
“apa itu?”
“sesuatu yang eonnie katakan.”
“Memang apa yang aku katakan?”Tanya victoria, orang yang menemani seohyun menulis surat sejak tadi.
“mengungkapkan perasaan pada orang yang kita cintai apapun caranya.”
“dan itu?” victoria mulai merasa was- was. Sama sekali bukan takut surat itu untuknya, tak mungkin. Tapi yeoja itu takut jika nama ‘kyuhyun’ lah yang menjadi tujuan surat cinta di genggaman seohyun.
“surat.”
“aku tahu seohyun-ah.” seohyun terkekeh melihat victoria yang kesal dengan jawabannya.
“Aku menuliskan perasaanku pada kyuhyun oppa. Aku tak mau sampai terlambat menyatakan perasaanku. Entah apa tanggapannya nanti. Yang penting aku telah mencoba.”
“oh, begitu.” ucap victoria mulai bingung harus berbuat apa.
“tapi oennie…”
“ne?”
“aku malu untuk memberikan ini pada kyuhyun oppa.”
“lalu?”
“hehe… hari ini kau tampak sangat cantik oennie.”
“memang.”
“oennie… jebal.”
“aishh… baiklah- baiklah. Berikan padaku.”
“huwaa… gomawo oennie.”
“tapi aku tak jamin jika surat ini sampai salah alamat.”
“Ya! oennie… mana mungkin begitu. Kau sangat mengenal cho kyuhyun, kau tahu rumahnya juga.”
“bisa saja. Apa sih yang tak mungkin.”
“Kalau begitu aku minta tolong pada changmin oppa saja. Kembalikan suratnya.”
“Tidak bisa. Kau sudah menitipkannya padaku. Baiklah… Bye cantik, mudah- mudahan surat ini tak sampai ke tangan Hoobaeku bernama Luhan, kudengar dia menyukaimu.” Victoria mengedipkan sebelah matanya lalu berlalu pergi, membuat seohyun mendecak kesal.
Victoria berjalan gontai menuju gedung IV, dimana ruang perkuliahannya – bersama changmin dan kyuhyun berada. Victoria duduk di kursi yang agak kebelakang. Dia menghembuskan napas lega saat tidak mendapati seorang kyuhyun diantara teman- temannya. ‘semoga kyuhyun tak datang’ victoria lebih berharap itu yang terjadi dari pada dia harus memaksakan hatinya untuk memberikan surat itu atau yang terburuk, dia menjadi jahat yang artinya tak memberikan surat cinta seohyun pada kyuhyun.
Namun itu sesuatu yang hanya berlangsung sesaat. Karena selang beberapa menit tampak Changmin masuk yang diikuti dengan kyuhyun disisinya. Victoria kembali gusar. Apa yang harus dilakukannya?. Victoria tak lagi bisa membedakan mana kata hati dan akal bulusnya.
“kenapa memandang kami begitu?.” Tanya changmin yang duduk di barisan depan victoria.
“mungkin dia sedang rindu dan ingin kembali berpacaran denganmu.” Jawab kyuhyun yang duduk di sebelah changmin dengan asal. Pletakk, sebuah , ah.. tidak tapi dua jitakan keras mendarat sempurna dengan serentak di kepala kyuhyun.
“jangan asal bicara, cho kyuhyun.” ucap changmin dan victoria bersamaan.
“kalian benar- benar sehati.” gerutu kyuhyun sambil mengusap kepalanya.
Tak sampai dua setengah jam. Satu jadwal perkuiahan mereka hari ini selesai. Namun victoria urung meninggalkan kelas. Yeoja itu masih menggenggam sepucuk surat di tangan kanannya.
“Changmin-ah!” Teriak victoria memanggil changmin yang telah sampai di depan pintu.
“sepertinya yang kukatakan tadi memang benar.” cetus kyuhyun dan langsung melenggang pergi.
Sebelah alis changmin terangkat begitu victoria sampai di hadapannya, seolah berkata ‘ada apa?’.
“ini. Terserah kau mau bagaimana.” ucap victoria sambil menyerahkan sebuah surat pada changmin.
“apa ini?”
“surat.” Jawab victoria singkat dan langsung melangkah pergi juga.
“kenapa hari ini semua orang menyebalkan.” gerutu changmin, namun beberapa saat kemudian senyumnya mengembang menyadari nama Seo Joo Hyun yang tertera di sudut bawah amplop surat itu. Dengan cepat changmin memasukkan surat itu ke dalam tasnya begitu kyuhyun kembali mendekat. Bagaimanapun dia menyadari perasaan kyuhyun pada seohyun dan tak ingin menyakiti hati sahabatnya itu.
“apa itu? surat cinta dari victoria untukmu? aigo… sekarang bukan lagi zamannya menyatakan cinta dengan format surat, bagaimana nona song bisa melakukannya.”
“jaga bicaramu tuan cho. Sekarang nona song sedang berdiri di belakangmu.”
“MWO?” sontak kyuhyun membalikkan tubuhnya dan langsung mengeluarkan cengiran kuda(?)nya begitu mendapati victoria tengah menatapnya tajam.
“Aku tak akan menggunakan format surat. Jadi bisa kita bicara sebentar tuan cho?.”
***
“apa yang ingin kau bicarakan, vic?”
“bukan bicarakan sesungguhnya, tapi sampaikan.”
“apapun itu, segeralah.”
“kau sedang terburu- buru?”
“ne. Ada yang harus kusiapkan.”
“sangat penting?”
“Lebih penting dari hidupku.” Victoria menghela napas panjang. Lebih penting dari hidup seorang cho kyuhyun? Apa itu tentang yeoja bernama Seo Joo Hyun?.
“bicaralah.” pinta kyuhyun lagi.
“Malam ini aku akan berangkat ke New York.” Victoria diam sejenak menunggu reaksi kyuhyun.
“Kenapa begitu tiba- tiba?”
“Sebenarnya tidak. Ini sudah di rencanakan dari sebulan yang lalu. Appa tak lagi menjabat sebagai duta besar china untuk korea selatan. Beliau di pindah tugaskan.”
“Aku sangat sedih mendengarnya. Sungguh aku berharap persahabat kita bisa berlangsung lebih lama dari ini.”
“Persahabatan kita?”
“ne. Jadi ini yang ingin kau sampaikan? harusnya kita mengajak changmin juga. Walau kalian sudah menjadi mantan kekasih, tapi bukankah kalian tetap bersahabat?”
“bukan kyu. Bukan hanya ini yang ingin kusampaikan.”
“Lalu?” Kyuhyun mengerutkan kedua alisnya. Merasa heran dengan ucapan victoria dan juga gerakan tubuh victoria yang tiba- tiba mendekat kearahnya. Chu~, victoria mengecup pipi kyuhyun.
“dangsineul saranghaeyo (aku jatuh cinta padamu).”
“mwo?”
“Bisakah kau membalas perasaanku? Bisakah kau memintaku untuk tetap tinggal di Seoul? Aku tak akan pergi, aku tak akan ikut keluargaku jika kau yang memintaku tetap tinggal di Seoul.”
“Mianhae, Vic…Dangsine daehae byeoldareun neukkimi opseoyo (aku tidak punya perasaan yang sama denganmu).” Kyuhyun beranjak, merasa jika dirinya tetap disana justru akan membuat perasaan victoria semakin memburuk.
“Cungji (berhenti)!” teriak victoria.
“sigani opseoyo (aku tak punya waktu).”
“aku akan menunggumu, kyu. Pikirkanlah terlebih dulu. Bukankah kita mungkin merasakan hal yang sama, jatuh cinta pada seseorang yang mungkin saja juga tak mencintaimu. Jika kau menjadi aku bukankah kau juga akan sangat kecewa? Aku akan menunggumu, kyu. Datanglah malam ini. Pesawatku take off jam sepuluh malam.”
***
Seotang yeoja terus memandang sekeliling di tengah posisi duduknya yang seharusnya tenang dan nyaman. Yeoja itu nyaris melompat gembira saat merasakan pnsel disaku jaketnya bergetar. Namun seketika wajahnya berubah sendu saat mendapati bukanlah nama namja yang diharapkannya yang tertera disana.
“yeoboseo.” jawab sang yeoja dengan malas.
“vic, apa maksudnya ini?”
“mwoya, changmin-ah?”
“surat ini bukan untukku, ini untuk kyuhyun. Jelas- jelas seohyun menulis ‘rumah kita bersebelahan dan aku menulis sebuah surat untuk bicara padamu’. bagaimana kau bisa memberikannya padaku?”
” bukankah sudah kukatakan? ‘terserah kau mau bagaimana’. Kenapa masih bertanya?”
“jadi kau benar- benar suadh tahu kalau ini untuk kyuhyun?”
“ne.”
“lalu, kenapa kau-”
“changmin-ah, sekarang aku sedang di bandara. Malam ini aku akan berangkat ke new york. Appaku dipindah tugaskan. Aku tak punya waktu untuk memikirkan itu, jadi semua terserah padamu. Aku jatuh cinta pada kyuhyun, jadi aku tak bisa memberikan itu padanya. Bukankah kau juga mencintai yeoja itu?”
Bipp. Victoria memutuskan sambungan ponselnya. sekarang sudah pukul sembilan malam, dan langit malam tengah menangis saat ini. Sama seperti hatinya juga dua orang lain. Menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Victoria, Kyuhyun, dan Seohyun mereka tengah menunggu kehadiran satu sama lain saat ini.
Ya, Seohyun tengah menantikan kedatangan kyuhyun di taman kota Seoul -tempat favorit kyuhyun, begitupun dengan kyuhyun yang tengah menantikan kedatangan seohyun di taman sebelum sungai han -tempat favorit seohyun. Sekarang sudah lebih dua jam keduanya menunggu satu sama lain di tempat yang berbeda. Hari sedang sangat dingin karena hujan yang turun sejak setengah jam yang lalu. Namun tak ada niatan dari keduanya untuk pulan atau sekadar mencari tempat berteduh. Keduanya sama- sama memilih duduk di bangku dekat lampu taman -tempat biasa mereka duduk bersama- sama, terlalu takut jika beranjak dari sana seseorang yang ditunggu itu akan datang dan kebingungan mncari keberadaannya.
“semakin lama menunggu, semakin besar kemungkinan orang itu akan datang.” batin kedaunya serentak.
Di kamarnya changmin tengah menatap gundah keluar jendela. Apa keduanya bertindak bodoh dengan tetap menunggu satu sama lain di tengah hujan?. Apa salah satu dari mereka memilih menelpon dan terjadi hal terburuk di benaknya, kyuhyun dan seohyun akhirnya bertemu? Changmin mengelengkan kepalanya pelan. Namja itu segera meraih ponselnya dan menghubungi seohyun.
“kenapa suara hujannya begitu keras? kau dimana seohyun-ah?” belum sempat seohyun memberi salam. Changmin telah lebih dulu memborbardir seohyun dengan kekhawatirannya.
“aku di taman kota, oppa.” Jawab seohyun lirih.
“berteduhlah! aku akan segera kesana menjemputmu.”
“tidak perlu, oppa.” jawab seohyun di sambungan seberang. Namun tak terdengar lagi oleh changmin karena namja itu telah terlebih dahulu memutuskan sambungan ponselnya.
Namun sesungguhnya seohyun sama sekali tak perduli dengan orang yang baru saja menelponnya tersebut. Yang ada di benaknya hanya menunggu seorang cho kyuhyun. Menunggu namja itu dan berusaha meyakinkan diri bahwa namja itu akan datang karena kyuhyun juga mencintainya. Sama seperti yeoja yang tanpa dia ketahui tengah menantinya. Kyuhyun juga tengah di guyur hujan deras, ah… tidak, dia sengaja membiarkan hujan mengguyurnya. Dia tak perduli dengan tangannya yang sudah terasa kebas dan warna kulitnya yang berubah kebiruan pucat karena menahan dinginnya hujan. Yang terpenting adalah, jika seohyun datang, yeoja itu mungkin akan mencarinya disini, di tempat mereka biasanya duduk saat berada di taman ini.
Yang ada di benak keduanya saat ini, apa yang menghalanginya datang?. Apa dia tengah terjebak hujan saat ini? bagaimana jika benar ia terjebak hujan? pasti akan sangat kedinginan seperti yang dirasakannya saat ini, bagaimana jika dia sampai sakit karena kehujanan untuk menemuinya?. Tapi, bagaimana jika dia tak datang memang karena sebuah bentuk penolakan untuk dirinya?. Bukankah waktu yang disebutkan pukul 7 malam dan hujan baru turun pukul 8 malam, benarkah ini adalah penolakan?.
“Even if you don’t appear after the rain stops
Gotta go, gotta let you go
Once I start to walk, I won’t ever be confused…” ucap kyuhyun dan seohyun di waktu yang persis sama, namun tempat yang sangat berbeda.
***
Changmin memacu mobil Lacernya dengan kecepatan diatas rata- rata. Suara seohyun terdengar sangat lemas dan itu membuat changmin merasa sangat khawatir dan bersalah.
Sesampainya di taman kota changmin langsung berkeliling untuk mencari keberadaan seohyun. Betapa terkejut changmin saat mendapati seohyun tengah duduk diam di bawah hujan deras di salah satu kursi taman. Untungnya kursi itu berada di bawah penerangan lampu sehingga changmin dapat melihatnya walau dari jarak yang tak dekat.
“seohyun-ah…apa yang kau lakukan? kenapa hujan- hujanan? lihat, bibirmu sampai membiru karena kedinginan.” Cerocos changmin seraya memasangkan jaket tebal pada seohyun.
“gg-gwen..chana.” jawab seohyun dengan suara bergetar.
“seo-”
“a-aku tt…te-tap a-kan menung-gg…gu kyuhyun oppa. aku… a-akan..menunggu-nya hing-ga hujan re-da.” Suara seohyun terdengar semakin bergetar. Changmin hendak bicara lagi, namun seohyun memberinya tatapan tajam membuatnya mengurungkan niatnya dan memilih menunggu seohyun. Lama kelamaan huajn berubah menjadi rintik- rintik kecil dan lamban laun menghilang. Tepat disaat hujan benar- beanr reda, tubuh seohyun tiba- tiba limbung dan jatuh pingsan.
Perasaan bersalah terus menghantui benak changmin dengan keadaan seohyun yang mengenaskan. Benar, changmin lah yang tahu bahwa kyuhyun mengirimi seohyun pesan singkat. Karena pagi itu, changmin tengah bersama seohyun di perpustakaan fakultas. Dan sayangnya saat pesan singkat itu masuk, seohyun tengah mencari- cari buku yang di butuhkannya dengan meninggalkan ponselnya begitu saja diatas meja perpustakaan. Melihat nama ‘evilkyu oppa’ yang tertera pada nama pengirim pesan itu, membuat changmin tertarik untuk membaca. Dan entah setan darimana, dengan segera changmin mengahpus pesan itu begitu merasa bahwa ‘perasaan cinta’ adalah hal yang ingin disampaikan kyuhyun pada seohyun.
Dan sekarang seohyun tengah tak sadarkan diri karena keegoisannya untuk memiliki seohyun tadi pagi. Apakah dia salah? dia hanya mencoba mempertahankan orang yang saat ini dicintainya.
flashback end
Changmin pov
Mungkin pada kisah pernikahan pada umumnya, disaat seperti ini mempelai pria akan menoleh kebelakang dan tersenyum bahagia melihat sang mempelai wanita -berjalan menggandeng tangan sang wali, yang tampak cantik dengan rona bahagia diwajahnya. Tapi pada kisah pernikahanku tampaknya akan jauh berbeda. Saat ini sama sekali tak ada rona kebahagiaan di wajah ayu seohyun, walau dia tetap sangat cantik. Seohyun justru tampak sedang menahan tangis.
Apa dia sangat menyesal dengan keputusannya menerima pinanganku?. Apa benar hatinya hanya milik kyuhyun? dan tak akan ada seorangpun yang akan mampu merebut singgasana namja itu?.
Seohyun pov
Sekarang aku telah berdiri di samping changmin oppa. Sumpah pernikahan pun akan segera diucapkan. Tuhan, kenapa aku justru merasa sangat sedih? aku sungguh berharap terjadi kericuhan dan pernikahan ini tak terjadi, atau terjadi keajaiban dengan tiba- tiba mempelai namaj ini berubah menjadi kyuhyun oppa. Sadarlah seohyun, itu tidak akan mungkin terjadi.
“Shim Changmin, bersediakah kau… ….” Aku menutup mataku. Selesai sudah. Selesai sudah kisah perjuangan cintaku pada kyuhyun oppa. Selesai sudah cerita cintaku yang bertepuk sebelah tangan pada kyuhyun oppa. Selesai sudah kisah sepasang sahabat yang jatuh cinta milikku dan kyuhyun oppa. Semua akan berakhir saat changmin oppa dan aku mengatakan ‘saya bersedia’.
“Saya tidak bersedia, saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini.”
Aku menatap tajam changmin oppa. Apa jawabannya barusan? bagaimana dia bisa menjawab seperti itu?. Jujur, hati kecilku merasa senang dengan batalnya pernikahan ini. Walau ini sama sekali bukan berarti aku dapat melanjutkan kisahku dan kyuhyun oppa. Tapi, aku juga merasa bingung. Kenapa changmin oppa sampai bertindak seperti ini?.
“mianhae seo joo hyun.” Ucap changmin oppa dengan menatap sendu padaku.
“mianhada.” Lanjutnya sambil membungkuk kearah hadirin.
***
“Oppa…” panggilku pelan pada changmin oppa yang tengah duduk di ruang gantinya. Changmin oppa tak menjawab, hanya menatapku sekilas sambil mengulas sebuah senyum, lalu melanjutkan membuka jas dan dasinya. Aku memperpendek jarak diantara kami, kemudian mengulurkan tanganku untuk membantunya melepaskan dasi yang membelit di kerah kemejanya.
“Bahkan satu jam yang lalu aku masih berpikir kau yang akan melakukan ini setiap hari.”
“Lalu kenapa oppa melakukan hal tadi?.”
“kau kecewa karena aku menolakmu?.” Aku terdiam beberapa saat. Aku tahu pertanyaan changmin oppa barusan hanya sebuah gurauan. Hanya saja, aku tak bisa menjawab karena jawabannya adalah ‘tidak’. Aku sama sekali tidak merasa kecewa dengan pernikahan yang batal ini. Dan mungkin jika aku menjawab jujur, itu akan semakin menyakiti perasaan changmin oppa.
“Kau yang memintaku menikah denganmu, oppa. Aku sama sekali tak ditolak.” jawabku pura- pura cemberut. Changmin oppa terkekeh, lalu memberikan ponselnya padaku. Aku pun hanya menatap bingung padanya.
“Baru saja aku memesan tiket Seoul- New York atas namamu secara online. Catatlah kode bookingnya dan pergilah ke bandara. Penerbangannya dua jam lagi.” Aku masih memandang bingung pada changmin oppa.
“Aishh, bukankah kau mencintai kyuhyun. Segera pergilah, susul namja itu dan katakan cintamu sekali lagi. Aku tahu dengan pasti kyuhyun juga sangat mencintaimu. Palliwa, jangan sampai kau menyesal untuk yang kedua kalinya.” Aku memandang haru pada changmin oppa. Spontan tubuhku menghambur memeluknya erat.
“gomawo oppa.” ucapku tulus.
“Ne. Cheonma. Semoga kalian berdua bahagia.”
Kyuhyun Pov
Aku baru saja memasuki kamar tidurku di rumah halmonie di New York, setelah beberapa jam mengobrol panjang dengan para kerabat yang datang menyambutku dan oemma. Dan tiba- tiba ponselku bergetar berulang kali. Aku pikir telepon dari victoria yang mengajak bertemu, ternyata salah itu changmin.
“Yebose-”
“KENAPA LAMA SEKALI MENJAWABNYA?.” Aku nyaris melempar ponselku karena tak tahan dengan teriakan changmin. Untung saja aku masih sadar benda ini cukup mahal untuk dihancurkan begitu saja.
“Kau yang kenapa menelponku? Bukankah sekarang di seoul sedang tengah malam, atau mungkin justru sudah dini hari. Wae? kau tak mengerti cara melakukan malam pertamamu?.”
“aishh, jika kau ada di sebelahku pasti sudah kulempar ke sungai han.”
“Itu salah satu alasan aku berangkat ke new york. Karena kau terus menerus ingin menyiksaku.”
“aishh, jincha. kau it-.”
“Cepat bicara! aku masih jetlag dan ingin tidur.” Potongku cepat, karena aku benar- benar masih lelah saat ini.
“Seohyun ke New York menyusulmu.”
“MWO?” Pekikku kaget.
“Ya! kenapa kau jadi berteriak sepertiku tadi?”
“Apa yang kau katakan tadi?”
“Seohyun ke New York menyusulmu, tuan cho kyuhyun. Apa sudah cukup jelas?.” Jawab changmin penuh penekanan pada setiap suku kata yang diucapkannya.
“Ba-bagaimana bisa?.”
“Karena dia mencintaimu. Mudah bukan?. Oh ya… pesawatnya sudah take off sejak sebelas jam yang lalu. Jadi seharusnya dia sudah sampai di bandara new york, bukan?.”
“YA! KENAPA KAU BARU MEMBERITAHUKU SEKARANG?”
“KENAPA KAU TERUS BERTERIAK?” balas changmin sengit.
“Oh ya… seingatku seohyun tak tahu cara melakukan panggilan dengan nomor koreanya di luar negeri dan yang kutahu, bukankah dia tak bisa bahasa inggris?.” Lanjut changmin dengan nada menggoda.
Segera kuputuskan sambungan udaraku dan changmin. Aku langsung memakai jaket, mengambil kunci mobil dan berlari ke garasi mobil. Tak ku perdulikan lagi oemma dan halmonie yang berteriak memanggilku dan bertanya hendak kemana. Yang ada dibenakku saat ini hanyalah bagaimana kondisi seohyun sekarang, seorang diri di bandara. Bagaimana jika dia hilang.
Aishh, changmin itu, bagaimana bisa dia tak mengatakannya sejak pesawat seohyun take off?. Benar, seohyun tak tahu cara melakukan panggilan di luar negeri dengan ponselnya yang kuyakin masih menggunakan nomor korea dan dia juga tak bisa bahasa asing kecuali bahasa jepang. Kenapa yeoja itu begitu lugu, bahkan disaat seperti ini jadi terkesan babo. Kenapa juga dia menyusulku?. Bagaimana dengan pernikahannya dan changmin?, hahhh… pasti mereka membatalkannya jika seohyun sampai datang menyusulku. Bagaimana bisa kedua manusia itu bertindak bodoh seperti ini. Membuatku bingung dan khawatir saja.
Begitu sampai di area bandara, aku segera memarkirkan mobilku diarea parkir untuk terminal penernabangan internasional. Aku berlari kesana kemari di terminal kedatangan untuk mencari sosok seohyun. Namun sudah hampir satu jam aku menyusurinya, sosok seohyun sama sekali tak terlihat olehku. Apa mereka sedang mengerjaiku? Aishh, mereka itu benar- benar keterlaluan.
“Hiks, hiks…” Langkahku terhenti mendengar suara tangisan yeoja.
“hiks… hiks hiks, huwaaa huwaaa. Oppa.. huhu kyu oppa. hiks, huwaa…” Aku menolehkan arah pandangku ke kanan dan ke kiri. Aku langsung menghembuskan napas lega saat mendapati yeoja yang duduk di pinggir trotoar sambil menangis adalah seohyun. Aku berjalan menghampirinya dan berlutut untuk menyamakan tinggi kami.
“annyeong agashi.”
“huhu, kyu oppa… huwaa.” Seohyun masih menutupi wajahnya dan menangis.
“kau mencariku, seohyun agashi?.” Ucapku sambil menrurunkan tangan seohyun yang menutupi wajahnya. Seohyun menatapku bingung. Aishh, jika bukan karena tubuhnya yang tinggi semampai, seohyun pasti akan terlihat seperti anak hilang saat ini.
“Oppa.. kyuhyun oppa, ini benar kau?.” Ucap seohyun sambil menyentuh wajahku.
“Ne, hyun-ah.” Jawabku sambil tersenyum seraya mengusap airmatanya. Seohyun langsung menghambur kepelukanku.
“Oppa, bogoshippo.”
“Belum sampai satu hari kita berpisah, hyun-ah.”
“Aku tadi ketakutan, oppa. Aku benar- benar takut.” Lirih seohyun seraya mengeratkan pelukannya.
“Uljima… Oppa disini sekarang. Kau tak perlu takut lagi. Lain kali, jangan lagi kau bertindak bodoh dan nekat seperti ini, hyun-ah.”
“Aku tak mau berpisah darimu, oppa. Aku tak mau jauh dari oppa lagi.”
“Arasseo. Oppa juga begitu.” Aku pun juga mengeratkan pelukanku pada seohyun.
“Saranghae, seohyun-ah…” Lirihku di telinga seohyun setelah hening beberapa saat.
“Na do, oppa. Saranghae.”
Sekarang tiba- tiba hujan turun dengan deras. Tapi kami tak memperdulikannya. Biarlah tubuh kami basah dan seharusnya akan segera kedinginan karena dibasuh hujan. Tapi saat ini aku merasa begitu hangat, dan kuyakin seohyun pun begitu. Kami hanya perlu mengeratkan pelukan satu sama lain. Agar kami tak terpisahkan dan tetap merasa hangat.
It won’t stop, even if I cry
It won’t stop, even if I pray
we are now washing away
I can’t hold on anymore
That was the last price
Just let it rain rain rain
just let it rain rain rain
END
