Judul : Saranghae
Author : Choi Yoo Rin
Cast : Cho Kyuhyun, Cho Jonghyun, Seo Joohyun, Im Yoona, Lee Donghae etc.
Genre : fantasy, romance, sad
Length : chapter
Disclaimer : ide cerita murni milik author, castnya author hanya meminjam selebihnya mereka milik Tuhan, orang tua dan agensi mereka.
Whoaaaa udah chapter 4 aja nih… gak terasa… terima kasih untuk readers yang masih mau komen di part2 kemarin. Dan untuk silent readers juga terimakasih sudah mau membaca ff jelek dan aneh ini. Author harap kalian segera insyaf (?) ..kekeke .. oke lah happy reading J
Don’t be plagiat !!
Don’t forget to commen J
Sorry for typo
CHAPTER 4
“Yoona-ya, seperti yang kau lihat sendiri, Seohyun tidak seperti orang yang mengalami hilang ingatan. Ahjumma merasa heran, memory apa yang telah Seohyun lupakan..” ujar Ny. Seo pada Yoona. Yoona saat itu berkunjung ke rumah Seohyun untuk mengambil benda milik Seohyun yang akan Yoona pinjam. Dan Seohyun menyuruhnya untuk langsung mengambilnya karena Seohyun yang tengah magang di sebuah perusahaan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
“Ne ahjumma. Aku juga heran. Dia masih mengingat ahjumma, ahjussi, aku, masih mengingat kuliahnya juga. Bahkan sekarang sudah magang di sebuah perusahaan. Tapi dokter sendiri telah memvonisnya mengalami amnesia.”
“Yoona-ya, dokter pernah bilang pada ahjumma bahwa sesuatu yang Seohyun lupakan adalah sesuatu yang saat itu tengah mengganjal di hatinya. Saat dia mengalami kecelakaan itu.”
“Selama ini aku tidak pernah melihat Seohyun memikirkan sesuatu. Dia juga tidak pernah bercerita apa-apa padaku ahjumma.”
“Yoona-ya apa Seohyun selama ini tengah dekat dengan seorang namja?”
“Sepertinya tidak ahjumma. Seohyun itu di kampus kurang begitu akrab dengan teman-teman namjanya. Apalagi teman dekat namja. Setauku tidak ada.”
“Begitu ya… ahjumma hanya merasa Seohyun sedikit pendiam setelah kecelakaan itu.”
“Aku juga merasa seperti itu ahjumma.”
*******
Jonghyun tersenyum miris menatap gadis yang tengah sibuk mengetik sesuatu di komputer. Tentu sang gadis tidak dapat melihatnya, sehingga memudahkan dia untuk senantiasa menatap, mengawasi gadis itu kapan pun ia mau. Tapi hal itu tak lantas membuatnya senang. Andai saja ia dapat menjaga gadis itu, tentu kecelakaan yang menimpa gadis yang sangat ia cintai itu tidak akan terjadi. Gadis itu, Seohyun telah melupakannya. Bukan melupakan dengan sengaja. Melainkan lupa karena kecelakaan yang dialami Seohyun 2 bulan yang lalu. Sebenarnya ia bisa saja menampakkan dirinya kembali di depan Seohyun. Namun hal itu tidak ia lakukan. Ia ingin menghukum dirinya sendiri, karena malam itu saat pesta ulang tahun Yoona ia belum menjelaskan semuanya. Ya, semuanya perihal Jonghyun datang dalam kehidupan gadis itu. Ia juga sudah tenang dan tak ingin mengusik Seohyun lagi karena sekarang sudah ada yang bisa ia percaya. Kyuhyun. Adik kembarnya adalah Presdir tempat Seohyun magang. Sebulan yang lalu setelah proses sidang skripsi serta mendapat nilai yang memuaskan, Kyuhyun lantas di wisuda dan memperoleh gelar sarjana. Ia kemudian memimpin perusahaan ayahnya yang sebelum ia wisuda masih di urus oleh Kim ahjussi, orang kepercayaan ayah Kyuhyun semasa hidupnya. Kyuhyun pun telah mengetahui Seohyun dan ia masih bungkam perihal hyungnya karena hyungnya sendirilah yang meminta Kyuhyun untuk tetap diam.
Flashback On
Malam itu, seminggu setelah kepulangan Seohyun dari rumah sakit, Jonghyun menemui adik kembarnya Kyuhyun. Kyuhyun juga telah mengetahui perihal kecelakaan Seohyun dari Donghae.
“Hyung, mianhae…” Jonghyun menatap lembut namja disampingnya.
“Bukan salahmu Kyu… Seohyun kecelakaan bukan salahmu. Aku yang bersalah.” Kyuhyun tak menjawab perkataan hyungnya. Ia sebenarnya juga bingung dengan semua ini. Ia benar-benar tidak tau jika Seohyun malam itu mengejarnya. Akh, andai waktu bisa diulang kembali ia lebih memilih tidak hadir pada pesta ulang tahun kekasih Donghae malam itu.
“Jangan pernah berfikir menyalahkan dirimu lagi Kyu. Aku tidak suka kau berfikir seperti itu. Jeongmal.”
Meskipun hyungnya berkata seperti itu, namun dalam lubuk hati Kyuhyun masih menyimpan rasa bersalah itu. Ia berharap bisa menebus rasa bersalahnya pada Seohyun, gadis yang sama sekali belum ia kenal.
“Tapi hyung, yeoja itu hilang ingatan. Katamu dia….” Kyuhyun enggan melanjutkan ucapannya. Dia benar-benar kasihan melihat hyungnya itu.
“Justru aku lega dia melupakanku. Mungkin Tuhan telah mengatur ini semua. Hanya aku yang dilupakan olehnya. Aku bukanlah orang yang tepat untuknya.” Jonghyun kembali tersenyum. Kyuhyun tau, senyuman itu senyuman yang terpaksa. Kyuhyun sangat mengerti rasa sakit yang dialami hyungnya saat ini. Kyuhyun memeluk Jonghyun. Kali ini ia bisa merasakan tubuh hyungnya seperti nyata. Mungkin Tuhan mengabulkan permintaannya untuk bisa memeluk saudara kembarnya itu.
“Kau jangan cengeng. Aku benci namja cengeng. Apalagi dia saudaraku.” Gurau Jonghyun yang ditanggapi senyuman oleh Kyuhyun.
“Suatu saat nanti jika ingatan Seohyun tentang diriku telah kembali, mintakan maaf ku padanya. aku benar-benar menyesal telah membohonginya tentang perasaanku. Tapi aku senang bisa datang dalam hidupnya meskipun sebentar.”
Jonghyun menjeda, sebelum kembali melanjutkan ucapannya. Ia menarik nafas dalam meskipun nafasnya sudah tidak ada (?) kemudian melanjutkan ucapannya.
“Katakan padanya juga aku…….aku amat sangat mencintainya. Sampai kapanpun aku akan terus menyimpan rasa cinta ini.” Kyuhyun semakin kagum akan sosok saudara kembarnya tersebut. Sifat Jonghyun yang hangat, penyayang, sabar, dan sangat menyayangi keluarganya ditambah sifat setia yang Jonghyun miliki benar-benar membuatnya kagum.
“Kau ini menyebalkan sekali, kenapa dari tadi diam?” tegur Jonghyun yang sukses membuyarkan lamunan Kyuhyun padanya.
“Ah, mianhae hyung… aku janji akan mengatakan itu semua pada yeoja itu saat ingatannya kembali.”
“Ku pegang janjimu. Satu lagi, sebelum ingatannya benar-benar kembali jangan kau sebut tentang diriku. Yaksok?”
“Ne, yaksok.”
Flashback Off
Jonghyun sedikit terkesiap kaget saat yeoja yang tengah ia amati tadi berdiri dan berlalu pergi. Yeoja itu masuk ke dalam sebuah ruangan yang Jonghyun sudah tau jika itu adalah ruangan Presdir perusahaan ini. Siapa lagi kalau bukan ruangan adik kembarnya, Cho Kyuhyun. Samar-samar, ia tersenyum.
Kyuhyun POV
Tok tok tok, ku dengar ada yang mengetuk pintu ruanganku.
“Masuk!” ucapku tanpa melihat arah pintu. Saat ini aku tengah sibuk mempelajari file-file yang akan di presentasikan untuk meeting dengan client besok pagi. Meskipun masih besok aku ingin benar-benar menguasai materinya sehingga tak membuat kecewa para client. Ku dongakkan kepalaku saat merasa ada seseorang yang masuk.
“Sajangnim ini file-file yang harus anda tanda tangani sekarang juga.” Ku lihat, ternyata sekretarisku yang sedang berdiri di hadapanku. Gadis itu, Seo Joohyun kini tengah magang di perusahaan ini. Ya, dia adalah yeoja yang dicintai oleh hyungku. Namun sayang, ia tengah mengalami hilang ingatan. Kembali rasa bersalah itu menyeruak. Malam itu aku memang tidak jadi meminta Donghae untuk mempertemukan aku dengannya. Aku hanya mengamatinya dari jauh.
Flashback On
Malam itu aku tetap datang ke acara ulang tahun kekasih Donghae yang juga sahabat Seohyun.
“Eh Kyu, kau datang juga. Kajja aku akan mempertemukanmu dengannya.”
“Donghae-ssi, chakkaman.” Aku menahan lengan namja ini saat ia akan beranjak ke suatu tempat yang aku yakini disana sudah ada Seohyun dan kekasihnya.
“Wae?”
“Aku…. aku mengurungkan niatku.”
“Mwo?? Memangnya kenapa??”
“Kurasa, belum saatnya saja. Aku hanya ingin melihatnya dari jauh.”
“Ooo begitu. Yasudah kajja jika kau hanya ingin melihatnya dari jauh.” Aku mengikuti langkah Donghae. Syukurlah ia tidak banyak tanya mengenai alasanku. Maaf Donghae-ssi aku telah berbohong padamu.
Donghae menghentikan langkahnya, aku pun mengikutinya menghentikan langkahku. Ia mengarahkan dagunya pada dua orang yeoja yang tengah mengobrol. Dan aku meyakini salah satu diantara mereka adalah gadis itu, Seo Joohyun. Namun aku sempat mengerjap kaget. Bukankah dua orang yeoja itu adalah yeoja yang kulihat saat mengantar Sulli ke kampusnya. Jadi mereka sefakultas dengan Sulli.
“Yang memakai gaun merah muda itu adalah Seohyun. Gadis yang kau cari.” Aku semakin terkesiap kaget. Jadi dia yang namanya Seohyun. Gadis yang menurutku manis saat melihatnya dulu setelah mengantar Sulli. Dia….memang yeoja yang cantik. Tak heran Jonghyun hyung begitu mencintainya. Ku lihat Donghae tersenyum, seperti mengejekku.
“Jangan bilang kau juga menyimpan perasaan padanya setelah melihatnya. Atau-“
“Aniya….mana mungkin aku menyimpan rasa pada nya. Dan… mana mungkin juga aku menyimpan rasa pada yeojachingumu.” Aku sudah bisa menebak Donghae akan mengiraku mengagumi yeojachingunya itu juga.
“Haha…aku bercanda Kyuhyun-ah.. kau ini.”
“Tentang ini, jangan kau bilang pada siapa pun ya. Termasuk pada kekasihmu itu.”
“Ne, kau tenang saja. Aku dapat dipercaya kok.” Aku tersenyum lega dengan pernyataan namja ini.
“Ah, sepertinya aku harus meninggalkanmu. Acaranya sudah dimulai. Tak mungkin aku tidak berada disamping Yoona saat ia meniup lilin. Kau tak apa ku tinggal?”
“Gwaenchana Donghae-ssi.”
“Yasudah aku kesana dulu.” Donghae berlalu meninggalkanku. Namun baru beberapa langkah ia kembali menoleh padaku.
“Jangan memanggilku dengan formal seperti itu.” Aku hanya tersenyum. Ku alihkan pandanganku pada gadis itu, Seohyun saat Donghae sudah benar-benar menjauh.
Gadis itu tengah menatap ke arah Yoona yang tengah meniup lilinnya. Aku melihat samar-samar ia tersenyum.
“Yeppeo..”
Flashback Off
“Sajangnim..” tegur Seohyun yang melihatku sedari tadi hanya melamun.
“Ye? Ah, mianhae.” Tanpa mengulur waktu lagi, aku segera menandatangani berkas-berkas yang Seohyun berikan padaku.
“Terimakasih.” Ucapku sambil menyerahkan berkas itu kembali padanya.
“Ne, sajangnim. Saya permisi.” Ia lalu membungkuk sebelum berbalik. Tanpa ku sadari tanganku telah berada di dadaku. Entahlah. Ada perasaan aneh yang selalu datang saat menatapnya. Perasaan yang sama seperti perasaan yang sudah ku kubur beberapa tahun lalu. Perasaan yang sengaja ku hilangkan karena hanya bertepuk sebelah tangan.
Mungkin dapat dikatakan, cinta monyet. Perasaan itu datang saat aku memasuki bangku SMA. Saat itu aku dan Jonghyun hyung satu sekolah. Kami dekat dengan yeoja yang sama. Mungkin karena ia anak dari teman almarhum appaku, jadi kami sudah akrab. Tanpa hyungku tau, aku menyimpan perasaan melebihi seorang sahabat pada yeoja itu. Namun perasaanku hancur seketika saat yeoja itu mencurahkan segala isi hatinya padaku bahwa ia mencintai hyungku. Sooyeon. Nama yang dulu sangat ku kagumi. Tapi perlahan aku sudah mulai melupakannya. Aku tidak ingin memaksakan perasaanku pada gadis itu. Karena aku sadar jika Sooyeon hanya menganggapku sebagai sahabat. Tak lebih.
Dan entah kenapa, saat ini jika mengingat semua itu, mengingat Sooyeon pernah menolakku membuatku lega.
Kyuhyun POV END
*******
Seohyun POV
Setelah menutup pintu ruangan, aku segera menuju pintu keluar kantor. Sudah pukul 5 sore, saatnya aku pulang. Tentu setelah menunggu bos ku keluar dari ruangannya dulu. Sebagai sekretaris, meskipun masih magang aku harus bisa bersikap yang baik pada pimpinan. Ku hela nafas panjang setelah sampai di depan kantor. Hujan ternyata sedang mengguyur kota ini. Aku yang sejak pagi hanya di dalam ruangan, tidak mengetahui jika hujan turun. Melihat langit yang gelap karena mendung serta hujan yang sangat deras membuatku memutuskan menunggu hujan ini sampai reda. Aku jadi menyesal tidak menuruti saran eomma untuk membawa payung saat akan berangkat tadi pagi. Hahh…
“Seohyun-ssi” panggil seseorang. Ku tolehkan kepalaku ke belakang.
“Nde? Sajangnim, anda belum pulang?”
“Sama sepertimu aku masih menunggu hujan ini reda.”
Aku menganggukkan kepalaku. Namja yang memangilku tadi adalah bosku. Cho Kyuhyun. Kini telah berdiri di sampingku. Tengah menatap derasnya hujan yang turun.
“Biasanya kau pulang naik apa?”
“Saya biasa naik bus sajangnim.”
Kembali tidak ada yang melanjutkan percakapan. Ku beranikan diriku untuk menatap namja yang sudah sebulan ini menjadi bosku. Wajahnya yang tampan, sikapnya yang ramah dengan semua karyawannya, baik, sopan, dan sangat berkarisma. Aku dengar dia ini juga pintar karena saat lulus kuliah meraih predikat cumloud. Benar-benar namja idaman. Tapi sayang, ia tidak begitu dekat dengan yeoja. Yeoja yang bisa dibilang sangat dekat dengannya hanya ibu dan adik perempuannya. Itu aku lihat saat pesta lounching pembukaan cabang baru perusahaan ini beberapa hari yang lalu. Saat menatapnya seperti ini aku merasa ada yang aneh pada tubuhku. Jantungku menjadi berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Kau sangat mengagumi wajahku ya?” tanyanya yang sedetik kemudian menoleh padaku. Aku terkesiap kaget dan langsung ku palingkan wajahku. Ah, pabo Seohyun. Ku rasakan pipiku memanas, mungkin karena merasa malu karena kepergok sedang memandangnya. Ishh, pabo pabo. Ku dengar ia terkekeh.
“Kau tidak bodoh kok. Jangan katai dirimu sendiri bodoh lagi.” Ucapnya yang sontak membuatku kembali menatapnya. Seperti dapat membaca pikiranku saja namja satu ini.
“Maafkan saya sajangnim.” Ku tundukkan kepalaku. Bagaimanapun juga kelakuanku tadi sungguh tak sopan. Ia adalah pimpinanku.
“Gwaenchana. Aku sudah biasa di tatap seperti itu tadi oleh yeoja. Yah…aku menyadari aku memang tampan.” Kembali ku dongakkan kepalaku, menatapnya dengan tatapan tak percaya. Dia, namja itu ternyata bisa juga bersikap percaya diri. Ah, bahkan terlalu percaya diri.
“Sepertinya hujannya sudah mulai reda. Kau akan terus disini?” tanyanya.
“Ye??” aku lantas kembali menatap ke arah hujan. Ya, meskipun masih ada rintik-rintik setidaknya ini lebih mendingan daripada yang tadi.
“Kajja, akan ku antar kau pulang.”
“Tidak perlu sajangnim. Saya bisa naik bus.” Tolakku halus.
“Halte masih lumayan jauh dari sini. Kau hanya jalan kaki kan menuju halte. Jika tiba-tiba turun hujan bagaimana?”
“Tapi sajangnim-“ ia langsung menggenggam tanganku. Menarikku ke arah basemant.
“Sajangnim” panggilku saat ku lihat namja itu akan membukakan pintu mobil untukku. Aku merasa tidak enak. Siapa aku yang di perlakukan bak seorang putri oleh atasanku sendiri.
“Nde?”
“Biar saya buka sendiri.”
“Ah, begitu. Baiklah.”
Seohyun POV END
*****
“Oppa, mian telat.” Yeoja bertubuh kurus itu hanya bisa menampilkan deretan giginya, tersenyum pada namja yang telah menunggunya di cafe ini hampir 1 jam lebih. Berharap dengan begitu namjanya tak akan marah.
“Tidak masalah chagi, kajja duduklah.” Sang yeoja itu lantas duduk. Lega. Namjanya tidak marah karena ia terlambat dari janji yang telah mereka tentukan. 1 jam lebih, gadis itu baru datang. Sebenarnya ia merasa tidak enak juga terhadap namja yang berstatus sebagai kekasihnya itu. Tapi mau bagaimana lagi, suatu hal mendadak membuatnya datang terrlambat.
“Oppa, belum memesan apa pun?” tanya gadis itu setelah menyadari meja di hadapannya masih kosong.
“Aku menunggumu.” Senyum hangat dari kekasihnya, semakin membuat gadis itu kagum padanya. Ya, sosok Lee Donghae ini telah 2 tahun mengisi hari-harinya. Gadis itu, Yoona membalas senyuman Donghae. Beberapa saat kemudian, seorang yeoja pelayan cafe menghampiri mereka.
“Mau memesan apa?” sambil menyerahkan buku menu. Yoona menerima buku menu itu terlebih dahulu. Akh, sebenarnya ia sangat lapar saat ini. Yeoja itu juga tak pernah bersikap seolah-olah ‘sempurna’ di depan Donghae. Ia selalu bersikap apa adanya. Seperti sekarang, ia lapar. Segera memesan supaya makanan yang di pesannya juga cepat datang.
“Nasi goreng kimchi ya. Minumnya orange juice.” Pelayan itu lantas mencatat pesanan Yoona pada sebuah note.
“Ini oppa.” Yoona memberikan buku menu pada Donghae. Namun sepertinya Donghae enggan membuka buku menu itu. Ia lebih memilih menyamakan pesanannya seperti yang di pesan Yoona. Pelayan segera berlalu meninggalkan mereka setelah keduanya selesai memesan.
“ Ah ya, kata oppa semalam mau bicara sesuatu padaku. Bicara tentang apa oppa?”
Donghae mengalihkan tatapannya dari Yoona, mencoba mencari kata yang tepat untuk bicara pada gadisnya ini. Ia tak ingin sang gadis salah paham dan malah mengacaukan semuanya.
“Menurutmu berbohong demi kebaikan semua orang itu bagaimana?”
“Nde??” yeoja itu mencoba mencerna pertanyaan yang kekasihnya ucapkan. Rasa takut mulai datang. Yoona, takut jika kekasihnya telah melakukan suatu kebohongan. Kebohongan yang akan menghancurkan hubungan mereka.
“Oppa tidak sedang berbohong pada ku kan?” tanya Yoona. Sejujurnya ia sangatlah enggan mengucapkan kalimat itu. Ia menatap kekasihnya. Sang kekasih terdengar menghela nafas.
“Mianhae jika aku telah mengecewakanmu.”
“Oppa…..oppa jebal katakan sebenarnya ada apa?!” pinta Yoona. Meskipun lirih namun masih terdengar nada memaksa pada kalimatnya barusan.
“Tapi sebelumnya aku ingin kau berjanji untuk tidak membocorkan ini pada siapapun.” Gadis itu mengangguk yakin.
“Yaksok?” Donghae mengacungkan kelingkingnya ke hadapan yeojanya.
“Ne yaksok.” Yoona mengaitkan kelingkingnya..
“Engg…… chagi aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sebenarnya……”
*****
Seohyun memasuki rumahnya dengan senyum yang terus tercipta di wajah cantiknya. Hal tersebut sontak membuat orang tuanya yang sedang duduk di ruang keluarga menatapanya heran.
“Hyunie..” panggil appanya. Merasa dipanggil, gadis itu segera menghampiri kedua orang tuanya kemudian mendudukkan tubuhnya ditengah ayah dan ibunya.
“Sepertinya anak appa sedang gembira..” Tn. Seo mencoba memancing agar putrinya itu mengatakan sebab mengapa ia terus tersenyum. Seohyun semakin menarik sudut bibirnya. Senyumnya kian melebar, menatap kedua orang tuanya bergantian.
“Appa kok bisa bilang aku sedang gembira. Sok tau.”
“Eomma juga merasa kau sedang berbahagia sayang. Katakanlah, ada apa?” kedua orang tua Seohyun sesungguhnya sangat senang dengan sikap putri mereka satu-satunya ini. Semenjak kecelakaan itu terjadi dan putrinya mengalami amnesia sebagian, putrinya itu tak pernah tersenyum seperti ini. Kadang senyum yang di tampilkan Seohyun terkesan senyum paksaan. Oleh karena itu, Tn. dan Ny. Seo sangat bersyukur dan berterima kasih terhadap orang yang berhasil membuat putri mereka kembali ceria.
Seohyun geleng-geleng. Ia masih enggan menceritakan apa yang membuatnya bahagia pada kedua orang tuanya.
“Saat kau pulang appa mendengar suara mobil. Kau diantar siapa?”
“Nde? Ah itu….itu….” Seohyun menggaruk-garuk kepalanya. Ia pikir orang tuanya ini tidak mendengar suara mobil Kyuhyun yang telah mengantarnya.
“Atasanku di kantor appa.” Akhirnya ia memberanikan diri mengatakan yang sebenarnya pada orang tuanya. Ia melirik appa dan eomma nya yang berada di sisi kanan dan kirinya. Menunggu reaksi dua orang itu.
“Perhatian sekali ya atasanmu itu pada karyawannya. Sampai-sampai mau mengantar pulang.” Tn. Seo mulai menggoda putrinya. Seohyun menelan ludahnya. Bingung harus merespon apa.
“Ah, itu… atasanku memang baik kok appa. Beliau sangat peduli terhadap karyawan di kantornya. Selalu berkata sopan meskipun kepada OB sekalipun. Ia tak pernah sedikitpun menyombongkan diri. Apalagi bersikap sok pada semua bawahannya.”
Seohyun menerawang ke atas. Ia kembali mengingat sosok atasannya itu. Sosok namja yang diam-diam telah ia kagumi. Lantas ia kembali berucap
“Ia masih muda tapi sudah mampu memimpin perusahaan peninggalan dari ayahnya. Membawa sukses perusahaan itu. Ia juga penyayang. Apalagi pada ibu dan adik perempuannya. Ah, benar-benar namja idaman.” Detik berikutnya gadis itu membekap mulutnya sendiri. Merasa ucapannya telah kelewat batas. Tawa appanya seketika membahana (?) , membuatnya malu.
“Appa diamlah.” Seohyun merajuk karena appanya tak henti-hentinya menertawakannya.
“Anak eomma sudah besar. Sedang jatuh cinta rupanya.” Kini Ny. Seo angkat bicara. Ia mengelus rambut panjang putrinya itu dengan sayang. Seohyun menatap eommanya.
“Hal wajar seorang manusia mengalami jatuh cinta. Apalagi kau sudah cukup umur untuk membina suatu hubungan. Eomma dan appa tidak akan melarangmu. Asal kau selalu jujur pada kami. Eomma senang jika hal itu yang membuatmu bahagia.”
“Eomma, aku sedang tidak jatuh cinta.” Kekeh Seohyun.
“Putriku sedang jatuh cinta.” Gumam Tn. Seo sambil membuka lembaran-lembaran koran.
“Appa sudah ku bilang aku tidak jatuh cinta.” Merasa terpojok, gadis itu berdiri. Beranjak menuju kamarnya di lantai dua. Ia menghentak-hentakkan kakinya ke lantai karena merasa kesal. Setelah menutup pintu kamarnya, ia kembali tersenyum samar.
“Apa benar aku sedang jatuh cinta?” gumamnya sambil meraba jantungnya.
TBC
